Profil Desa Paremono
Ketahui informasi secara rinci Desa Paremono mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Paremono, Mungkid, Magelang. Menggali legenda Ki Pare & Ki Mono, potensi pertanian di koridor strategis, serta dinamika masyarakat peri-urban dalam menghadapi tantangan modernisasi dan menjaga akar agrarisnya hingga September 2025.
-
Lokasi Strategis di Koridor Perkotaan
Berada di jalur vital yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi, menjadikannya wilayah yang sangat dinamis dengan pertumbuhan sektor jasa dan perdagangan yang pesat.
-
Basis Pertanian yang Tangguh
Tetap mempertahankan identitasnya sebagai lumbung pangan dengan lahan persawahan produktif yang menjadi penopang utama ekonomi tradisional masyarakat.
-
Kaya akan Nilai Sejarah dan Legenda
Memiliki warisan cerita rakyat (folklor) yang kuat tentang asal-usul desa, yang menjadi bagian penting dari identitas dan perekat sosial warganya.
Desa Paremono, yang terletak di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, merupakan sebuah kanvas hidup yang melukiskan potret transisi sebuah desa Jawa di era modern. Berada di koridor strategis yang diapit oleh pusat pemerintahan dan jalur ekonomi utama, Paremono menjadi saksi sekaligus pelaku dari derasnya arus modernisasi. Desa ini adalah sebuah entitas peri-urban, sebuah zona di mana aroma tanah basah dari sawah yang baru dibajak berpadu dengan deru kendaraan di jalan raya, menciptakan sebuah dinamika yang kompleks dan menarik.Hingga September 2025, Desa Paremono terus berjuang mencari titik keseimbangan. Di satu sisi, ia berupaya keras mempertahankan akar agraris dan nilai-nilai luhur yang diwariskan dalam legenda para pendirinya. Di sisi lain, ia harus cerdas beradaptasi dengan tuntutan zaman yang membawa peluang ekonomi baru di sektor jasa dan perdagangan. Profil desa ini adalah sebuah cerminan tentang bagaimana sebuah komunitas menavigasi perubahan, merawat masa lalu, sambil merangkul masa depan yang tak terelakkan.
Legenda Dua Sahabat: Kisah di Balik Nama Paremono
Setiap jengkal tanah di Jawa sering kali memiliki kisahnya sendiri dan Desa Paremono menyimpan salah satu yang paling kaya makna. Nama desa ini, menurut penuturan para sesepuh yang diwariskan dari generasi ke generasi, berasal dari kisah dua tokoh babat alas (pembuka lahan) yang merupakan sahabat seperjuangan, yakni Ki Pare dan Ki Mono. Keduanya diyakini sebagai orang-orang pertama yang membuka hutan belantara di wilayah ini untuk dijadikan permukiman dan lahan pertanian.Legenda tersebut mengisahkan bahwa Ki Pare dan Ki Mono memiliki karakter yang berbeda namun saling melengkapi. Semangat, kerja keras, dan persahabatan mereka berhasil mengubah kawasan yang liar menjadi sebuah desa yang subur dan makmur. Untuk menghormati jasa dan mengabadikan semangat persatuan keduanya, wilayah yang mereka rintis itu kemudian dinamai "Paremono". Warisan non-benda ini bukan sekadar cerita pengantar tidur; ia menjadi fondasi filosofis bagi masyarakat desa, menanamkan nilai-nilai kerja keras, persatuan, dan semangat kepeloporan.
Geografi dan Demografi: Zona Penyangga di Jalur Utama
Secara geografis, Desa Paremono menempati posisi yang sangat strategis. Luas wilayahnya tercatat sekitar 175 hektare atau 1,75 km². Desa ini berfungsi sebagai zona penyangga (buffer zone) antara pusat urban Kecamatan Mungkid dan kawasan yang lebih agraris. Sebagian wilayahnya dilintasi oleh jalan provinsi yang menjadi salah satu urat nadi transportasi antara Magelang dan Yogyakarta, memastikan desa ini selalu terpapar pada mobilitas manusia dan barang yang tinggi.Adapun batas-batas wilayah Desa Paremono adalah sebagai berikut:
Di sebelah utara, berbatasan dengan Desa Pasuruhan.
Di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Bojong.
Di sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Rambeanak.
Di sebelah barat, berbatasan dengan Kelurahan Sawitan.
Berdasarkan data kependudukan per September 2025, desa ini dihuni oleh sekitar 3.950 jiwa. Dengan luas wilayahnya, tingkat kepadatan penduduk Desa Paremono mencapai angka 2.257 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan ini menunjukkan karakter permukiman yang mulai padat, sebuah konsekuensi logis dari lokasinya yang dekat dengan pusat keramaian dan pemerintahan. Lanskapnya menampilkan perpaduan antara hamparan sawah yang masih hijau dengan deretan bangunan rumah, toko, dan unit usaha yang semakin rapat.
Dinamika Perekonomian: Pertanian yang Bertahan, Jasa yang Tumbuh
Struktur ekonomi Desa Paremono pada September 2025 ini menggambarkan dengan jelas karakternya sebagai desa peri-urban. Terdapat dua sektor utama yang menjadi penopang kehidupan warganya, yakni pertanian yang mulai terdesak namun tetap bertahan, dan sektor jasa-perdagangan yang terus tumbuh subur.Akar Agraris yang Kuat
Pertanian masih menjadi jiwa bagi sebagian besar warga asli Paremono. Lahan persawahan yang subur, didukung oleh sistem irigasi yang relatif baik, masih mampu menghasilkan panen padi yang signifikan. Selain padi, para petani juga menanam palawija dan sayuran untuk diversifikasi. Aktivitas pertanian ini tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga bernilai sosial dan budaya, menjadi penjaga tradisi dan ritme kehidupan pedesaan. Kelompok-kelompok tani (gapoktan) tetap aktif sebagai wadah bagi para petani untuk saling berbagi pengetahuan dan mengatasi masalah bersama.Geliat Sektor Jasa dan Perdagangan
Lokasi di tepi jalan raya menjadi berkah bagi pertumbuhan sektor non-pertanian. Sepanjang jalan utama yang melintasi desa, berbagai macam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bermunculan. Toko kelontong, warung makan, bengkel, toko bahan bangunan, hingga jasa cuci kendaraan menjadi pemandangan yang lazim. Keberadaan usaha-usaha ini tidak hanya melayani kebutuhan internal warga desa, tetapi juga para pelintas yang berhenti sejenak. Sektor ini menyerap banyak tenaga kerja, terutama dari kalangan generasi muda yang melihat peluang lebih besar di luar sektor pertanian.
Tatanan Sosial: Masyarakat Peri-Urban yang Dinamis
Komunitas Desa Paremono adalah cerminan dari masyarakat transisional. Di dalamnya, hidup berdampingan warga asli yang telah turun-temurun menjadi petani dengan para pendatang baru yang bekerja di sektor formal di pusat kota Mungkid atau membuka usaha di desa. Interaksi ini menciptakan sebuah tatanan sosial yang dinamis.Nilai-nilai tradisional seperti gotong royong, rewang (membantu tetangga yang punya hajat), dan srawung (bersosialisasi) masih dijaga dengan baik, terutama di lingkungan yang berbasis RT/RW. Namun pengaruh gaya hidup perkotaan yang lebih individualistis dan cepat juga mulai terasa. Lembaga-lembaga sosial seperti masjid, kelompok pengajian, dan organisasi karang taruna memainkan peran vital dalam menjaga kohesi sosial dan menjadi jembatan antara nilai-nilai lama dan tantangan-tantangan baru.
Peran Pemerintah Desa Menavigasi Perubahan
Pemerintah Desa Paremono memikul tanggung jawab besar sebagai nakhoda yang harus mengarahkan kapalnya di tengah arus perubahan yang kencang. Prioritas utama pemerintah desa adalah menavigasi pembangunan secara seimbang. Di satu sisi, mereka mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mempermudah iklim usaha bagi UMKM dan meningkatkan kualitas infrastruktur jalan desa untuk menunjang mobilitas.Di sisi lain, tantangan terbesar mereka adalah isu pengendalian alih fungsi lahan. Bekerja sama dengan pemerintah kabupaten, pemerintah desa berupaya untuk mempertahankan lahan-lahan sawah produktif melalui regulasi tata ruang dan program insentif bagi para petani. Program pemberdayaan juga menyentuh kedua sektor, baik melalui pendampingan bagi kelompok tani maupun fasilitasi pelatihan manajemen dan pemasaran digital bagi para pelaku UMKM.
Tantangan dan Prospek di Era Modern (per September 2025)
Desa Paremono menghadapi serangkaian tantangan yang merupakan karakteristik umum wilayah peri-urban. Tekanan alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan atau area komersial adalah ancaman paling serius terhadap identitas agraris dan ketahanan pangan lokal. Menurunnya minat generasi muda untuk menjadi petani juga menjadi isu regenerasi yang krusial. Selain itu, peningkatan volume lalu lintas membawa dampak turunan seperti polusi udara dan suara, serta kebutuhan akan manajemen sampah yang lebih baik.Meskipun demikian, Desa Paremono memiliki prospek yang sangat cerah. Lokasinya yang strategis adalah aset yang tak ternilai, yang jika dikelola dengan baik dapat terus menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Peluang pengembangan usaha di sektor kuliner dan jasa sangat terbuka. Di sektor pertanian, terdapat peluang untuk meningkatkan nilai jual produk melalui branding, misalnya dengan menciptakan merek "Beras Organik Paremono".Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang lebih profesional dapat menjadi solusi untuk mengelola aset-aset desa secara produktif, misalnya dengan membangun area pujasera (food court) atau ruko desa yang dapat disewakan.
Kesimpulan
Desa Paremono pada September 2025 adalah sebuah potret nyata dari sebuah desa yang berdiri di persimpangan jalan antara masa lalu dan masa depan. Dengan berpegang pada warisan legenda para pendirinya, desa ini terus merawat lahan pertaniannya sebagai sumber kehidupan, sambil secara cerdas menangkap peluang ekonomi yang dibawa oleh modernisasi. Keberhasilan Desa Paremono di masa depan akan sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk merumuskan sebuah model pembangunan yang inklusif, di mana pertumbuhan ekonomi dapat berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan dan penguatan modal sosial. Ia adalah titian sejarah yang terus beradaptasi untuk tetap relevan di zaman yang terus berubah.
